Harta Rohani dalam Bejana Tanah
Dalam hari-hari ini, rasanya banyak hal menumpuk menjelma menjadi berat. Tetapi siapa di antara kita yang kalau mau "jujur" terhadap diri sendiri sedang "baik-baik" saja? Kukira tidak ada. Mungkin aku yang terlalu pukul rata keadaan tapi setidaknya itulah yang bisa kuamati dan rasakan dalam beberapa waktu terakhir. Iya kau tahu, ada yang mengumbar senyum padahal hatinya sedang teriris habis-habisan. Ada yang menggelak tawa dalam keramaian padahal bantalnya selalu dibasahi air mata setiap malam. Ada yang selalu pandai menghibur orang lain padahal dia selalu menyeka tangisnya seorang diri. Ada yang berlagak kuat padahal batinnya remuk dihantam realita. Ada yang mencoba menguatkan yang lain padahal dia sendiri tergopoh-gopoh sekadar untuk bertahan. Kita semua sedang dalam pertempurannya masing-masing. Ga jarang hal itu justru membuat kita-termasuk yang menulis ini pernah- bertanya-tanya "Kemanakah Tuhan?" "Kalau Tuhan itu nyata, kenapa Dia izinkan ini semua terjadi?" lalu kita menjadi tawar hati. Saat aku kalut dalam pikiran itu, aku menemukan seperikop ayat dalam surat Paulus untuk Jemaat di Korintus pasal keempat. Ya, judulnya persis seperti judul pada tulisan ini. Ibaratkan sebuah bejana tanah liat di tangan Sang Pejunan -yang adalah Tuhan Yesus, dalam proses pembentukan menjadi barang yang indah kita bisa saja pecah atau rusak karena pada dasarnya harus kita akui aku, kamu, kita semua terkadang sulit dibentuk. Ada hal-hal yang perlu dibuang untuk menjadikan kita sebuah bejana yang mulia di tangan-Nya. Walau dalam proses itu kita sering gagal, jatuh, atau bahkan harus penuh dengan air mata, aku percaya di tangan Dia kita bisa jadi bejana yang mulia versi diri kita sendiri.
Pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan selama dalam proses menjadi bejana yang mulia:
1. Tidak Putus Asa
2 Korintus 4:6 berbunyi Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Kemuliaan Allah adalah menyembunyikan segala sesuatu. Tetapi Kasihnya menyingkapkan apa yang bahkan tidak dimengerti seluruh orang berpengetahuan di dunia. Kita ga harus memahami segala sesuatunya sekarang kok. Everything happens for a reason. Tapi ketika kamu ga tau what the reason is, Tuhan punya alasan untuk itu juga. Tapi satu hal yang perlu kita percaya, selama kita di tangan Sang Pejunan, dia pasti menjamin masa depan kita.
2. Tetap Mengucap Syukur
Hahaha mungkin terdengar agak sedikit klise. Aku mengerti gimana rasanya ketika keadaan mulai suram kita dipaksa untuk bersyukur itu pasti berat. Tapi ga akan berat lagi ketika kita tahu ini "...karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal" ( 2 Korintus 4:18) Apapun itu, ingatlah semua masalah yang kita hadapi sekarang pasti ada tanggal kadaluarsanya ga akan kekal selamanya. Hanya dunia.
3. Bertahan Melayani .
Semoga kita jangan menjadi seorang yang tawar hati ya. Tawar hati disini artinya dingin hati, dingin kasih, tidak memiliki semangat, tidak bergembira, dan tidak bernafsu melayani Tuhan. Tentang pelayanannya, Paulus menuliskan begini "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8-9). Tetap melayani dan berada dalam poros kehendak Allah, karena di dunia yang penuh dengan hal-hal mengejutkan ini kematian menjadi satu-satunya kepastian meski kita ga pernah tahu waktunya kapan.
Komentar
Posting Komentar